
Badrun menyenggol batu yang lumayan besar.
“aduh siapa yang nyimpen batu disini.” Gerutu Badrun sebari kesal, padahal itu kesalahannya yang terlalu bergembira hingga tidak memperhatikan jalan.
Diperjalanan menuju ladang tiba tiba Badrun teringat hutang pada mak beti yang belum ia bayar sampai sekarang.
“Hmm bagaimana cara untuk melunasi hutang mak beti ya, masa mau ke jakarta ninggalin hutang” Gumamnya dalam batin.
Sesampai di ladang badrun belum menemukan solusi bagaimana cara membayar hutang pada mak beti karena uang jajan yang di berikan kakek nenek habis untuk mengerjakan tugas dan mencari informasi beasiswa.
Sesampai ladang Badrun melamun, muncul rasa resah di hatinya. Jika hutang mak beti saja tidak bisa badrun bayar bagaimana jika ia akan pergi ke Jakarta. Badrun tidak ingin menyusahkan kakek nenek nya lagi, setelah selama ini kakek dan neneknya sudah merawat badrun degan baik dan penuh susah payah.
Pikiran badrun mengatakan bahwa ia akan merepotkan kakek dan nenek untuk kesekian kalinya. Badrun pun merasa kakek dan nenek akan sangat bersusah payah mendapatkan uang untuk biaya nya ke Jakarta.
“Mungkin biaya pendidikan nanti akan gratis, tapi biaya hidup ku disana bagaimana? Jakarta kan kota. Sekarang saja aku di sini masih punya hutang dengan mak beti”
“Apa aku bisa melanjutkan mimpi ku?”
“Apa aku bisa pergi ke Jakarta untuk mengikuti beasiswa?”
“Apa aku bisa pergi ke Jakarta dan hidup di sana tanpa membebani nenek dan kakek?”
“Apa setelah aku bilang pada kakek dan nenek tentang rencanaku ini justru membuat mereka terbebani?” Gumam badrun pada diri nya sendiri.
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dan berputar di kepalanya. Semua berawal dari hutang mak beti yang belum di bayar. Hingga bercabang dan membuat Badrun berfikir keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan pertanyaannya.
Matahari kian terik Badrun yang berniat membantu kakek di ladang malah memikirkan hal hal tersebut. Badrun mulai kebingungan. Lalu..
Dalam lamunan yang panjang dan tidak menemukan sebuah solusi. Tiba tiba seseorang membangunkan badrun dari lamunan nya.
“Heyyy” Orang tersebut menepuk bahu Badrun yang sedang melamun.
“Astagfirullah ngagetkeun wae…….”



